Sebelumnya saya ucapkan selamat menjalankan ibadah puasa dan ibadah lainnya di bulan Ramadhan ini. Bulan ramadhan, salah satu dari 12 bulan yang ada memang merupakan bulan yang istimewa. Masyarakat muslim berbondong-bondong melakukan ibadah, baik berjamaah maupun pribadi, baik yang hanya rutinitas ramadhan maupun yang dengan kesadaran penuh mengerti akan arti ibadahnya. Dikatakan istimewa karena oleh sebagian besar ulama digambarkan sebagai bulan obral pahala, karena tiap ibadah kita dilipatgandakan pahalanya, sunah dihitung wajib, yang wajib dilipatgandakan berkali-kali lipat. Sehingga tidak heran jika semangat beribadah pun meningkat, layaknya semangat berbelanja ke toko atau swalayan yang sedang diskon gede-gedean. Istimewa juga dikarenakan bulan ramadhan selalu menjadi kesempatan untuk para pedagang menaikkan harga dagangannya.(he2..)
Kali ini saya akan menceritakan sedikit pengalaman selama ramadhan pertama di kota surakarta ini. Kejadian ini terjadi pada malam pertama bulan Ramadhan.
Saya berangkat kemasjid dengan niatan untuk tarawih sekitar jam 7 an, yang mana jam segitu adzan sudah agak lama berkumandang. Saya berangkat sendiri, karena teman-teman kos saya kebanyakan anak-anak non reguler, sehingga mereka sedang kuliah pada jam-jam itu. Setelah keluar pintu, saya baru ingat kalau ternyata belum tahu dimana letak masjid terdekat. Tiba-tiba teringat dulu saat mencari kos-kosan pernah melihat masjid di seberang jalan atas kosku. Saya pun segera menuju kesana menggunakan sepeda motor, karena yakin bakalan telat kalau jalan.,
Sesampainya di masjid, betapa kagetnya saya karena ternyata jamaah perempuannya sudah meluap sampai ke jalan dan sudah mulai shalat isya'. Saya segera memarkir motor dan celingak-celinguk mencari tempat yang masih kosong, kebetulan masjid itu berlantai dua, segera saya menuju tangga dengan maksud mencari tempat di lantai dua. Betapa terkejut lagi ternyata di tangga itu sudah ada seseorang yang menggunakannya untuk shalat, sehingga ketika sujud dia akan sujud di tangga diatasnya. Sambil tersenyum getir saya kembali turun dan mulai celingak-celinguk lagi. Tak berapa lama, ada lagi beberapa anak sebaya saya yang baru sampai, mereka sama seperti saya, celingukan cari tempat kosong.
Kebetulan saya melihat ada tangga teronggok di samping masjid, saya melihat di beranda ada sela sedikit, segera tak ajak beberapa anak tadi mengangkat itu tangga dan mulai memanjat. Ternyata hanya sedikit sekali sela, sambil turun saya melapor pada mereka dan menanyakan tindakan selanjutnya. Setelah diskusi sebentar, diputuskan untuk pergi ke kos-kosan salah satu anak tadi dan sholat disana. Kami pun segera berangkat ke tempat itu yang ternyata lumayan jauh dari masjid.
Sesampainya di kosan dan menyiapkan tempat, timbul masalah lagi siapa yang akan jadi imam shalat. Karena semua belum pada kenal, jadi masih pada canggung, semua bilang -monggo kamu aja-.. akhirnya ada satu yang mengajukan diri. Kami selesai tarawih jauh lebih cepat dari yang dimasjid (ya iyalahhh), mau langsung pulang malu karena harus lewat dan ngambil motor dimasjid. Kami pun ngobrol ini itu, tapi karena baru kenal, tak lamapun sudah kehabisan bahan pembicaraan. Karena suasana makin canggung, bukannya makin cair, saya ijin pulang dan diikuti dua anak lainnya, setelah memastikan jamaah sedang dalam posisi sholat, saya segera mengambil motor saya tadi.
Itulah sepengal kisah yang sampai sekarang masih tergelak ketika mengingatnya, orang sholat ditangga, trus naek-neak tangga, rebutan jadi makmum, mindik-mindik ngambil motor sendiri layaknya pencuri.....itulah hidup!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar